Langsung ke konten utama

Seni itu cara

Seni bukanlah benda, tetapi kata. Tentu saja seni merupakan wujud, bentuk, sesuatu yang dapat diindera oleh manusia. Seni pada dasarnya adalah artefak, berupa gambar, bongkahan bentuk dalam karya, logam, batu, berupa tulisan, berupa rangkaian bunyi dan sebagainya. 
Seni memang menyangkut nilai dan yang disebut seni memang nilai, bukan bendanya. Nilai adalah sesuatu yang selalu bersifat subjektif, tergantung pada manusia yang menilainya. Karena subjektif, maka setiap orang, setiap kelompok, setiap masyarakat memiliki nilai-nilainya sendiri yang disebut seni. Dari mana nilai-nilai yang disebut seni itu diperoleh subjek? Mungkin karena manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda. Ada yang peka akan perasaannya, ada yang lebih cerdas, ada yang tajam akan pemikirannya. Tetapi semua itu hanya potensi dalam diri. Nilai-nilai itu diperoleh dari lingkungan pergaulan dan pendidikan dimasyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa setiap individu ditentukan persepsi nilai seninya harus dari lingkungan. Individu juga mempunyai potensi kreatif dan pengembangan. Dia dapat menemukan nilai-nilai baru dari nilai-nilai seni yang sudah ada. Faktor kebudayaan jelas ikut menentukan apakah seseorang memiliki pandangan mengenai apa yang disebut seni. 
Dengan demikian, seni sebenarnya kontekstual karena nilai memang bersifat kontekstual, berhubungan untuk keperluan praktis dan berfungsi dalam hidup. Bahkan mungkin setiap kelompok dan individu memiliki pandangannya sendiri-sendiri mengenai apa yang Menilai suatu karya seni, bukanlah sekedar melontarkan ungkapan rasa senang atau tidak senang terhadap karya tersebut, menilai suatu karya seni, juga bukan menafsirkan sesuatu menurut kemauan kita sendiri, melainkan suatu kegiatan yang didasari oleh langkah-langkah tertentu. Secara cermat perhitungan yang benar-benar matang. Dengan demikian hasil dari penilaian yang tidak bersifat subjektif, melainkan akan mendekati nilai objektif seperti yang diharapkan. 


                                 ALPEACE

Komentar

Postingan populer dari blog ini

          TEMBANG BATANGHARI SEMBILAN KU SAYANG TERNYATA MALANG Ketika memikirkan hubungan antara makanan dan kesenian, mungkin yang pertama muncul dalam pikiran kita adalah gizi, asumsinya anak yang cukup gizi cendrung lebih cerdas dari pada anak yang kurang gizi, akan tetapi kalau kita renungkan ulang, hubungan antara makanan dan kesenian amatlah beragam, beras merupakan makanan pokok masyarakat Sumatra Selatan, tapi bagi petani beras bukanlah barang yang sekedar dikonsumsi, melainkan komoditas yang perlu dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, termasuk biaya Pendidikan bagi keluarga mereka.  Lantas disini saya teringat akan kesenian yang ada di Sumatra selatan yaitu seni Batanghari Sembilan atau juga ada masyarakat sebagian Sumatra Selatan menyebut kesenian ini dengan nama berejung, berejungan, namun, bila dihubungkan dengan makan yang saya sebut tadi akan menghasilkan pertanyaan seperti ini, makan apa ? makan dimana ? dan makan siapa har...